
11 Mei 2025

Andry Pattikawa

Kasihilah Tuhan dengan Seutuhnya
Matius 22:37
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan segenap akal budimu.
​
Ulangan 6:5
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
Sebagai orang percaya, tentunya kita yakini bahwa segala sesuatu terjadi bukanlah kebetulan. Ada maksud Tuhan sesuatu diijinkan terjadi. Pengalaman pribadi saya, yaitu yang biasanya yang saya rencanakan atau persiapkan kandas ditengah (bahkan di awal) jalan. Dan ujungnya, Tuhan menggantikan dengan hal lain yaitu dengan rencanaNya yang indah dan sempurna.
Begitu banyak yang saya pribadi alami, dan tidak akan cukup dituliskan semua di renungan ini. Tapi saya akan tuliskan satu kesaksian yang saya alami, dimana saya merasakan teguran dari Tuhan dan tentunya ini merupakan relasi saya yang terbentuk dan nyata dengan Tuhan. Bagaimana saya tanpa disadarin, tidak mentaati ayat diatas.
Setelah kami sekeluarga pindah ke Belgia dengan cara yang tidak terduga, dan dimana Tuhan membukakan semua jalan untuk tinggal di Belgia, kami memutuskan untuk melayani Tuhan dengan sungguh sungguh. Tentunya dimulai di Perki Brussel dan Perki Gent. Kami melayani terutama di musik.
​
Pada mulanya, yaitu cinta mula-mula, dimana saya melayani Tuhan dengan semangat dan sungguh-sungguh. Saya selalu prioritaskan hal melayani Tuhan di gereja dan di persekutuan anak-anak Tuhan. Antara lain sebagai pemain musik, saya selalu bersedia jika diminta dan berkomitmen.
​
Lalu pada hari-hari menjelang parayaan hari kemerdekaan RI, ada beberapa cabang olah raga dan permainan yang diadakan. Dan itu juga jatuh pada hari minggu. Kami diundang untuk bertanding beberapa cabang olahraga, yaitu pada tgl 10 agustus 2008, yang diadakan di Brussel. Padahal pada hari tersebut, saya dan istri sudah juga berkomitment untuk mengiringi dan membantu (bernyanyi) musik di Perki Gent. Lalu karena kami ingin refreshing, kami berpikir sekali-sekali tidak apa-apa untuk bolos melayani musik, dan tanpa memberitahukan kepada Perki Gent bahwa kami tidak datang.
​
Kami keluar dari mobil, dan dompet saya keluarkan dari tas, dan saya berikan ke istri saya, Gloria, untuk disimpan. Istri saya menaruh dompet saya di tasnya, dan saya melihat dengan jelas. Sedangkan tas saya, saya tinggalkan di mobil.
​
Lalu kami berolahraga dan bergembira sesama orang Indonesia di perantauan, gembira dan tertawa bersama. Setelah selesai, saya meminta dompet saya ke istri. Dia mencari di tasnya, tetapi tidak ditemukan. Kami langsung sadar akan kelalaian kami. Kami merasa bersalah tidak terus berkomitmen membantu ibadah. Beberapa teman membantu mencari dompet kami. Dan kami juga tidak dapat sembarang bertanya kepada mahasiswa, atau hadirin lainya. Karena itu dirasakan seolah menuduh. Pihak KBRI juga membantu dan menyarankan untuk lapor polisi terlebih dahulu.
Didalam dompet tersebut, ada surat ijin kerja, ID card, SIM Eropa yang saya sering ceritakan di kesaksian saya, bahwa kami dengan hal yang tidak dapat terbayangkan dapat pindah ke Belgia, dan mendapatkan SIM Eropa tanpa les sekalipun. Saya dan istri sangat menyesal dan teguran ini kami rasakan sangat nyata.
​
Lalu saya langsung mengantar istri dan anak-anak saya ke rumah, dan saya langsung menuju ke kantor polisi. Karena hari itu adalah hari minggu, polisi menyarankan saya untuk datang besok kembali dan saya bisa mendapatkan surat keterangan dari polisi untuk mengurus ID card, SIM kartu bank yang baru. Saya balik ke rumah, dan memparkir mobil saya depan rumah. Saya juga mengambil tas saya (tas yang tadinya untuk menyimpan dompet saya, sebelum saya kasih dompet saya ke istri saya).
​
Saya sangat menyesal telah kehilangan dompet (isi dompet saya). Lalu ada yang menggerakan saya untuk membuka tas saya. Lalu saya buka tas saya, dan saya lihat dompet saya ada didalam tas saya!! Dan ada suara yang membisikan ke kalbu saya, “Ini Saya kembalikan. Jangan begitu lagi ya”.
Saudara-saudara yang saya kasihi. Kita bersekutu di gereja, di persekutuan-persekutuan anak Tuhan, adalah untuk memperkuat / saling memperkuat diri. Dan pada akhirnya, untuk keluar dari lingkungan orang kristen, mengabarkan Injil. Sesuai dengan firmanNya:
​
Markus 16:15
Lalu Ia berkata kepada mereka; “Pergilah ke seluruh Dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”.
Tentu perintah ini kita lakukan dengan segenap hati, jiwa, akal budi dan kekuatan kita.
Tuhan Yesus memberkati.
27 April 2025
_JPG.jpg)
Romo Roy Jelahu

Menjadi Saksi dari kebangkitan Jesus
​
Kisah kebangkitan Jesus tidak terlepas dari peran Saksi. Menarik beberapa skenario tentang para Saksi ini dituliskan dalam Injil. Saksi pertama dan utama adalah seorang Perempuan-Maria Magdalena. Baik sejarah hidupnya maupun kesaksiannya akan kebangkitan Jesus terbilang fenomenal. Walaupun bukan terbilang dari kelompok dua belasan Rasul, Maria Magdalena-lah yang mengalami banyak kisah awal di kubur Jesus dibandingkan kelompok para Rasul. Bahkan imannya akan kebangkitan Jesus terbilang lebih kuat dari pada para murid lainnya. Terbukti hanya Maria saja yang tetap tinggal di kubur kosong, setelah jenasah Jesus tidak ditemukan. Wanita yang lain pergi meninggalkan sendiri, Maria tetap berdiri untuk menuntaskan pertanyaannya: kemanakah jenasah Jesus. Tidak tertulis memang bahwa Maria meyakini kebangkitan Jesus. Tetapi saya berasumsi bahwa Maria percaya apa yang pernah Jesus sabdakan tentang kematian dan kebangkitan-Nya akan terbukti. Asumsi saya berlandaskan pada pertanyaan: mengapa Maria memilih pagi hari Minggu dan bukan hari lain setelah Sabbat? Atau di siang atau sore hari Minggu? Selain itu, iman Maria membuat dia berani bertanya pada figur yang ada didalam kubur, yang dikisahkan sebagai Malaikat dan Jesus sendiri: “kemanakah jenasah Guru”? Menurut saya pertanyaan Maria ini adalah penegasan tentang asumsi pribadinya bahwa Jesus benar bangkit. Dia hanya ingin meyakini bahwa kubur kosong, terjadi karena mujizat Allah dan bukan karena perbuatan manusia.
​
Refleksi atas kesaksian Maria Magdalena ini membuka beberapa nilai fundamental bagi kehidupan.
​
Pertama: kubur gelap yang kosong. Di sana terbaring sang Guru. Situasi ini menjadi gambaran iman baik para murid dan kita. Para Murid ketiadaan harapan, karena Jesus telah mati. Seperti Murid dari Emaus, mereka kembali ke kehidupan lama. Kembali ke rumah. Selain itu, ketakutan dan ketidakpastian akan hidup tanpa Jesus, menyelimuti. Kegelapan tidak saja tergambar pada kubur, tetapi juga pada kehidupan para murid. Sejurus kegelapan kubur itu berakhir, karena Jesus yang bangkit. Batu penutup telah tersingkirkan, menggambarkan juga Kebangkitan Jesus menerangi kegelapan kekosongan harapan para murid. Kubur itu tidak lagi menakutkan, karena Jesus yang bangkit hadir di sana, dan menyapa Maria dan para murid lainnya.
Dalam hidup kita mengalami situasi ketakutan dan tanpa kepastian seperti para murid. Iman akan Jesus kadang diselimuti kuatnya ketakutan. Kita menjadi kehilangan harapan hingga meninggalkan iman akan kesetiaan Allah. Belajar dari iman Maria dan para murid. Dia tetap berziarah ke makam Jesus. Kita seharusnya mempunyai waktu untuk bertemu Jesus, juga dalam ketakutan dan kebimbangan akan persoalan hidup. Tidak saja berdoa dan membaca Ks cara untuk bertemu Jesus. Tetapi juga setia untuk berjuang dan tinggal dalam pengalaman-pengalaman batas kehidupan. Karena Jesus yang bangkit, mengalahkan kematian, demikian pula kegelisahan, persoalan hidup, sedapat mungkin tidak melemahkan keyakinan kita akan bimbingan-Nya. Keputusasan bukanlah cara hidup orang beriman akan kebangkitan.
​
Kedua: Keterpilihan Maria dalam kesaksian. Bukan tanpa sebab, bahwa Maria mengambil bagian terbesar dari Sejarah Iman akan kebangkitan. Keterpilihan Maria sebagai saksi pada drama kebangkitan Jesus menegaskan konsistensi misi Allah yang maha Pengampun. Kasih Allah juga dianugerahkan kepada pendosa. Disamping itu, dalam pandangan sosial-antrpologis, saya meyakini, keterpilihan Maria Magdalena pada drama kebangkitan Jesus adalah tanda keberpihakan Allah pada yang tersingkir dalam Masyarakat. Pada sisi lain, dominasi budaya Patriarkat pada zaman Jesus, sering menyingkirkan peran kaum Perempuan. Kekerasan dan ketidakadilan terhadap kelompok Perempuan menjadi cerita biasa di zaman Jesus (mungkin juga disaat ini?). Allah memakai Maria untuk menyampaikan kabar penting kebangkitan, dengan tujuan, agar setiap Pribadi mengalami kasih dan keadilan.
​
Pembaptisan adalah tanda keikutsertaan kita akan tugas pewartaan. Iman akan kebangkitan Jesus membangkitkan keberanian, agar dunia melalui kehadiran sebagai orang Kristen mengenal arti kasih dan cinta Allah. Di tengah banyaknya kekerasan dan perang, kita sebagai saksi Kristus terpanggil untuk menghidupi arti damai. Setelah kebangkitannya, Jesus hadir di tengah para murid. Ungkapan pertama yang dia sampaikan kepada para murid: “damai sejahtera bagimu”. Semoga damai yang sama, menginspirasi kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Salam Paskah. Salam berjuang dan setia dalam setiap situasi kehidupan bersama Jesus yang bangkit dari kematian.
Amin.
13 April 2025

Mieke Lolong

Jangan Tidur
Teman-teman, pesan di atas bila kita telaah secara Alkitabiyah, mengandung makna tersendiri. Seperti ada tertulis di Alkitab dalam kitab 1 Tesalonika 5:6 : Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. Orang yang tidur tentu saja tidak mengerti apa-apa dan apa yang terjadi di sekitarnya tak diketahuinya juga. Orang yang tidur tidak dapat mengontrol dirinya, demikian juga dengan orang yang tertidur secara rohani. Orang yang tubuh rohaninya tertidur tidak mampu melakukan Firman Allah walaupun dia sudah bertobat. Keinginannya tetap seperti orang yang belum bertobat... sifat orang lama di dalam dirinya masih belum hilang. Orang yang terlelap tak ubahnya dengan orang yang kesadarannya hilang. Sifat-sifat lama tak mampu dilenyapkan apabila kita tertidur secara rohani. Oleh karena itu rasul Paulus menasihatkan: Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.
Kita dapat membacanya di dalam kitab 1 Tesalonika 5:15
Seperti yang Tuhan katakan, kita tidak boleh membalas perbuatan jahat dengan kejahatan juga, terlebih terhadap sesama umat Allah. Cerita-cerita negatif yang berbau fitnah dan sebagainya, sama sekali tidak boleh kita lakukan dan benar-benar harus dihindari. Semua perbuatan dosa ini biasanya didorong oleh rasa iri hati atau persaingan dalam berbagai hal seperti dalam business, study, karir maupun pelayanan. Dengan sendirinya, Bapak Surgawi sungguh akan kecewa melihat anak-anakNYA yang tidak memliki sifat-sifatNYA. Rasul Petrus menasehatkan kita di dalam kitab 1 Petrus 1:14-16 agar : Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti DIA yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis, Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
Jika tubuh rohani kita tertidur, dengan sendirinya kita sudah pasti tak sadar akan keadaan diri kita. Segala kotoran, kenajisan, kesadisan, dengki, iri hati dan sebagainya tak akan terlihat dalam keadaan tidur terlelap. Selain itu kita harus tetap berjaga-jaga dan waspada karena Tuhan Yesus berkata : Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia yang beraga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya dia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya (Kitab Wahyu 16:15). Jadi, selagi masih ada waktu, di dalam kitab Wahyu 3:2 ada tertulis : Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampr mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
​
Kita tidak dapat menghindari hari penghukuman, yang digambarkan di dalam kitab Zefanya 1:3b, karena akan terjadi seperti firmanNYA : Aku akan merebahkan orang-orang fasik dan akan melenyapkan manusia dari atas bumi muka bumi, demikian firman Tuhan. Oleh sebab itu, marilah kita menyenangkan hati Tuhan dengan melatih diri kita masing-masing untuk senantiasa taat dan patuh pada perintah-perintahNYA, serta saling mengingatkan dan mendoakan satu sama lain untuk tidak melakukan hal-hal negatif dan memelihara hidup dalam kekudusan, agar jangan sampai ada yang tertidur atau terjatuh. Kiranya Tuhan senantiasa menjaga, memelihara, memimpin, melindungi, serta memberkati kita semua.
30 Maret 2025
_JPG.jpg)
Farry Togas

"Menerima Yesus "
Matius 10 : 40
Barang siapa menyambut kamu , ia menyambut Aku , dan barang siapa menyambut Aku ,ia menyambut Dia yang mengutus Aku.
Shalom Teman2 yang diberkati Tuhan
Semoga kita semua selalu dalam pemeliharaan dan lindungan Tuhan Yesus.
Mengapakah perilaku Umat Kristiani itu penting? Bukankah konyol namanya jika kita terus- terusan berusaha bersikap Sempurna ! Bukankah kita membohongi orang lain bahwa umat Kristiani itu Sempurna ? Ada alasan baik bagi umat Kristiani untuk bersikap dengan penuh integritas .itu karena Dia yang kita wakili.
Ada orang yang tidak akan pernah tahu seperti apa Kristus itu kecuali mereka melihat Kristus di dalam diri anda. Jika anda Umat Kristiani , anda membawa Kristus ke mana- mana . Ketika anda di sekolah atau ditempat kerja ,Kristus menyertai anda. Entah anda sedang bersama dengan teman- teman Anda atau berbicara dengan seorang asing ,Kristus menyertai anda.setiap kali orang berjumpa dengan anda , mereka juga berjumpa dengan Kristus. Betapa tragis jika seorang yang bukan umat Kristiani melihat Kristus di dalam diri anda dan tetap tidak berkesan ! Jika anda tidak mewakili Kristus terhadap orang lain dengan cara yang menghormati nama-Nya , ada orang yang mungkin tidak akan pernah tahu seperti apa Dia Itu.
Itulah sebabnya mengapa begitu penting bagi anda untuk selalu mewakili Kristus seperti Dia adanya. Orang lain akan tertarik kepada Kristus ketika hidup anda memperlihatkan bahwa Ia itu pengasih, pengampun, Sabar, dan Baik hati.satu- satunya cara orang percaya bahwa Allah itu pengampun adalah ketika mereka mengalami kasih Kristus ketika anda mengampuni mereka .
Ada banyak orang disekeliling anda yang perlu menerima Yesus , dan andalah yang dapat memperkenalkan mereka kepada-Nya.
APAKAH SELAMA INI ORANG TERKESAN DENGAN KRISTUS YANG MEREKA LIHAT DI DALAM DIRI
ANDA
Semoga Renungan yang singkat ini bisa menjadi berkat buat kita.... Amin
Salam & Doa
16 Maret 2025
_JPG.jpg)
Yosie Weiss

Pahlawan Di Mata Tuhan
​
Dalam Kitab Hakim-hakim menceritakan kepada kita (Hakim-hakim 6:1) bahwa orang Israel melakukan yang jahat di mata Tuhan sehingga Dia menyerahkan mereka ke dalam tangan orang Midian selama tujuh tahun. Penindasan orang Midian sangat kejam, mereka menyerbu tanah Israel seperti wabah belalang yang menghancurkan tanaman dan merampas ternak mereka.
Umat Tuhan yang dulunya makmur kini harus bersembunyi di gua-gua dan gunung-gunung karena takut akan kehidupan mereka. Di tengah-tengah kekacauan ini, adalah seorang yang bernama Gideon, seorang pemuda yang tampaknya biasa-biasa saja, tetapi ditakdirkan untuk sebuah misi yang luar biasa.
Hakim-hakim 6:11 Kemudian datanglah Malaikat TUHAN dan duduk di bawah pohon tarbantin di Ofra, kepunyaan Yoas, orang Abiezer itu, sedang Gideon, anaknya, mengirik gandum dalam tempat pemerasan anggur agar tersembunyi bagi orang Midian.
​
Dapat dibayangkan saat itu Gideon berjongkok di tempat yang seharusnya digunakan untuk memproduksi anggur, dengan putus asa berusaha menyelamatkan gandum untuk keluarganya agar dapat bertahan hidup dengan rasa takut dan ketidakpastian. Dalam keadaan yang terlihat lemah inilah hal yang mustahil terjadi.
Hakim-hakim 6:12-13 Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dan berfirman kepadanya, demikian: "TUHAN menyertai engkau, ya pahlawan yang gagah berani." Jawab Gideon kepada-Nya: "Ah, tuanku, jika TUHAN menyertai kami, mengapa semuanya ini menimpa kami? Di manakah segala perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang diceritakan oleh nenek moyang kami kepada kami, ketika mereka berkata: Bukankah TUHAN telah menuntun kita keluar dari Mesir? Tetapi sekarang TUHAN membuang kami dan menyerahkan kami ke dalam cengkeraman orang Midian."
Tanggapan Gideon menggemakan perasaan banyak dari kita ketika menghadapi kesulitan, di manakah Tuhan di tengah-tengah penderitaan, mengapa hal-hal buruk terjadi jika Dia menyertai kita. Namun malaikat itu tidak datang untuk berdebat teologi, dia datang dengan sebuah misi. Hakim-hakim 6:14 melanjutkan, Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!"
​
Gideon yang masih dalam ketidakpercayaan mencoba untuk menilai dirinya sendiri, ia melihat dirinya sebagai orang yang paling kecil dalam keluarganya dan yang paling rendah dalam sukunya, bagaimana mungkin ia menjadi orang yang dipilih untuk tugas yang begitu besar. Tetapi Tuhan menjawab (ayat 16) Berfirmanlah TUHAN kepadanya: "Tetapi Akulah yang menyertai engkau sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis." Janji Tuhan itu jelas dan penuh kuasa, tidak bergantung pada kekuatan Gideon, tetapi pada penyertaan dan kuasa Tuhan sendiri. Gideon yang masih ragu-ragu meminta sebuah tanda, seperti dikisahkan pada Hakim-hakim 6:19-21
Gideon yang muda dan yang terkecil, telah dipilih oleh Tuhan untuk sebuah misi yang akan mengubah sejarah Israel. Perjalanan transformasinya dari seorang penakut yang bersembunyi di tempat pemerasan anggur menjadi pemimpin bangsa yang tak kenal takut baru saja dimulai. Gideon membangun sebuah mezbah bagi Tuhan di sana dan menamainya Tuhan itu keselamatan.
Gideon membutuhkan lebih banyak jaminan sebelum memimpin Israel melawan orang Midian.
Kisah berlanjut dalam Hakim-hakim 6:36-37 dimana Gideon berkata kepada Tuhan, jika Engkau akan menyelamatkan orang Israel dengan tanganku seperti yang telah Engkau janjikan, lihatlah, aku akan menaruh bulu domba di atas tempat pengirikan, jika ada embun di bulu domba itu dan semua tanah menjadi kering maka aku akan tahu bahwa Engkau akan menyelamatkan orang Israel dengan tanganku seperti yang telah Engkau janjikan.
​
Permintaan Gideon ini mengungkapkan keraguannya yang terus-menerus, dia mencari tanda yang nyata, sesuatu yang dapat dilihat dan disentuhnya untuk memastikan kehendak Tuhan. Hal ini mencerminkan sifat manusia yang sering mencari bukti konkret bahkan ketika berhadapan dengan janji-janji ilahi. Apa yang terjadi selanjutnya sungguh luar biasa, Gideon bangun pagi-pagi sekali keesokan harinya, ia meremas bulu domba dan mengeluarkan embun dari dalam mangkok yang berisi air.
​
Namun cerita tidak berhenti sampai disitu, Gideon masih belum sepenuhnya yakin dan mengajukan permintaan yang lebih berani lagi, (Hakim-hakim 6:39-40)
Malam itu Tuhan melakukannya seperti permintaan Gideon, hanya bulu domba yang kering, sementara tanah di sekelilingnya basah oleh embun. Ujian kedua ini benar-benar membalikkan ujian pertama, sekarang Gideon meminta agar bulu domba itu kering sementara tanah di sekelilingnya basah oleh embun. Ini adalah permintaan yang menentang hukum alam karena bulu domba biasanya akan menyerap kelembapan dari udara. Fakta bahwa Tuhan mengabulkan permintaan kedua ini menunjukkan kesabaran dan pengertian-Nya terhadap keraguan Gideon.
​
Hal ini mengingatkan kita bahwa Tuhan sering kali mengakomodasi kelemahan kita dengan memberikan jaminan yang kita butuhkan untuk memenuhi kehendak-Nya. Peristiwa-peristiwa ini memiliki makna yang sangat dalam: bulu domba yang merupakan produk dari domba yang melambangkan umat Israel sebagai kawanan domba Tuhan. Dalam ujian pertama, bulu domba yang basah sementara tanahnya tetap kering dapat melambangkan bagaimana Tuhan akan memberkati umat-Nya di dunia yang tandus. Dalam ujian kedua, bulu domba yang kering sementara tanahnya basah dapat melambangkan bagaimana Tuhan akan menggunakan Israel untuk memberkati bangsa-bangsa di sekitar mereka.
Lebih dari itu, ujian bulu domba ini menggambarkan transformasi Gideon secara bertahap dari seorang pria yang bersembunyi di tempat pengirikan gandum di tempat pemerasan anggur, ia sekarang berada dalam percakapan langsung dengan Tuhan yang menegosiasikan persyaratan iman dan kepemimpinannya.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun Tuhan menjawab permintaan Gideon untuk mencari tanda-tanda bukanlah standar ideal iman dalam banyak bagian Alkitab lainnya, kita didorong untuk percaya kepada firman Tuhan tanpa menuntut bukti ajaib, tetapi pada saat yang sangat penting dalam sejarah Israel ini, Tuhan dalam kasih karunia-Nya memilih untuk menguatkan Iman Gideon melalui tanda-tanda yang nyata. Ujian bulu domba menandai titik balik dalam kisah Gideon, keraguannya sirna, imannya semakin kuat, ia kini siap untuk memimpin bangsa Israel melawan para penindas mereka. Pria yang pernah menganggap dirinya paling kecil dalam keluarganya akan menjadi salah satu hakim terbesar di Israel.
​
Dalam Hakim-Hakim 7:2, Berfirmanlah TUHAN kepada Gideon: "Terlalu banyak rakyat yang bersama-sama dengan engkau itu dari pada yang Kuhendaki untuk menyerahkan orang Midian ke dalam tangan mereka, jangan-jangan orang Israel memegah-megahkan diri terhadap Aku, sambil berkata: Tanganku sendirilah yang menyelamatkan aku».
Tuhan mengajarkan pelajaran yang sangat berharga, bukan hanya bagi Gideon, melainkan juga bagi seluruh bangsa Israel dan bagi seluruh generasi yang akan datang. Kemenangan tidak datang karena kekuatan jumlah atau keahlian militer, melainkan karena kuasa Tuhan, kebenaran ini akan berlaku selama berabad-abad, dan ungkapan yang sama terdapat di dalam Perjanjian Baru, yang ditulis oleh rasul Paulus di dalam 2 Korintus 1: 29 Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.
​
Kisah ini terus berlanjut di ayat yang ke 3, ketika Gideon mengumumkan bahwa siapa yang takut dan gentar, biarlah ia pulang, enyah dari pegunungan Gilead. Tanggapan rakyat terhadap pengumuman ini sangat mengejutkan, 22.000 orang pergi dan 10.000 orang tetap tinggal, tetapi Tuhan memiliki rencana yang berbeda. Alih-alih meratapi kehilangan begitu banyak prajurit, Tuhan justru mengejutkan Gideon dengan pernyataan yang lebih mengejutkan.
​
Hakim-hakim 7:4-6 Dikisahkan bahwa akhirnya, Tuhan mengurangi jumlah pasukan Gideon lebih banyak lagi:
Dengan menyuruh pasukan itu untuk turun minum air. Maka didapatlah jumlah 300 orang yang menghirup dengan membawa tangannya ke mulutnya.
TUHAN berkata kepada Gideon, “Dengan 300 orang ini, Aku akan menyelamatkanmu dan memberimu kemenangan atas orang Midian. Suruhlah yang lainnya pulang.”
Ujian yang aneh ini secara drastis mengurangi jumlah pasukan Gideon dari 32.000 menjadi 300 orang, berkurang lebih dari 99%. Tuhan lebih suka bekerja melalui beberapa orang yang memiliki komitmen yang tinggi daripada banyak orang yang hanya mengambil pujian, mengambil alih, atau setengah hati.
​
Angka 300 memiliki arti penting dalam sejarah Alkitab, yaitu dengan 318 orang, Abraham menyelamatkan Lot dan banyak orang dalam Kejadian 14. Dengan 300 orang, Simson mengalahkan orang Filistin dalam Hakim-hakim 15.
Hakim-hakim 7:19-22 menggambarkan penyerangan Gideon dan 300 orang yang bersamanya sampai di tepi perkemahan orang Midian. Hanya dengan memecahkan buyung sambil memegang obor di tangan kiri dan sangkakala di tangan kanan mereka untuk ditiup, berhasil membuat tentara musuh menjadi kacau balau, berteriak-teriak dan melarikan diri.
​
Ketika Tuhan memegang kendali, bahkan kekuatan terkecil sekalipun dapat mengatasi tantangan terbesar, kemenangan tidak datang melalui kekuatan militer Israel, tetapi melalui kuasa Tuhan yang bekerja melalui umat-Nya yang taat.
​
Ketika orang Midian melarikan diri dengan panik, Gideon dan anak buahnya tetap berada di posisi mereka dan menyaksikan campur tangan ilahi yang luar biasa. Pertempuran dimenangkan, tetapi pengejaran musuh yang melarikan diri terus berlanjut.
Tentara Israel telah menyaksikan kemenangan yang dimulai secara ajaib oleh Tuhan. Gideon yang kini sepenuhnya yakin akan kuasa Tuhan memimpin pengejaran tanpa henti terhadap musuh-musuh yang mundur.
​
Hakim-hakim 8:28 «Demikianlah orang Midian tunduk kepada orang Israel dan tidak dapat menegakkan kepalanya lagi; maka amanlah negeri itu empat puluh tahun lamanya pada zaman Gideon».
​
Kisah Gideon mengingatkan kita bahwa kita MAMPU, dan bahkan kita adalah lebih dari seorang pemenang (Roma 8:37). Kehidupan dan panggilan Gideon menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan melihat yang terbaik dalam diri kita ketika kita tidak melihatnya. Gideon berhasil dalam panggilannya karena ia mengizinkan Tuhan untuk memakai dia. Kita pun dapat melakukan hal yang sama.
2 Maret 2025

Vilona Christy Sembiring

Melayani Dengan Kerendahan Hati
(Yohanes 13:1-17)
Yohanes 13:1 berkata, “Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.” Ayat ini menjadi dasar bagi apa yang terjadi setelahnya-Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya. Mengasihi orang lain pada tingkat tertinggi dilakukan dengan melayani mereka. Yesus, yang mengetahui bahwa waktu-Nya telah tiba, menunjukkan kasih-Nya yang mendalam melalui tindakan kerendahan hati dan tidak mementingkan diri sendiri. Dia memilih untuk melayani daripada dilayani, menunjukkan kepada kita bahwa kebesaran sejati dalam kerajaan Allah ditemukan dalam merendahkan diri kita sendiri demi orang lain.
​
Dalam Yohanes 13:1-17, Yesus melakukan tugas yang biasanya ditugaskan kepada hamba yang paling rendah. Pada masa itu, pembasuhan kaki diperlukan karena orang-orang berjalan di jalan yang berdebu dan tidak beraspal dengan menggunakan sandal. Hal itu dianggap sebagai tugas yang kasar dan tidak diinginkan. Namun, Yesus, Anak Allah, dengan rela berlutut di hadapan murid-murid-Nya dan membasuh kaki mereka. Ini bukan hanya sebuah tindakan praktis, tetapi juga sangat simbolis. Hal ini menunjukkan bahwa kasih yang sejati bukanlah tentang kekuasaan, status, atau pengakuan, tetapi tentang kerendahan hati dan pengorbanan.
​
Tindakan ini pasti mengejutkan para murid. Petrus, khususnya, pada awalnya menolak dan berkata, “Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?” (Yohanes 13:6). Dia tidak dapat memahami mengapa Yesus, Guru mereka, mau merendahkan diri-Nya sampai pada posisi seperti itu. Tetapi Yesus menjawab, “Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku” (Yohanes 13:8). Pernyataan ini memiliki makna harfiah dan rohani. Sama seperti Yesus secara fisik membasuh kaki mereka, Dia datang untuk membersihkan hati dan jiwa melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Jadi, pelayanan bukan hanya tentang tindakan lahiriah, tetapi juga tentang transformasi batin, kerendahan hati, dan kesediaan untuk mendahulukan orang lain daripada diri kita sendiri.
Tantangan dari Pelayanan Kristen yang Sejati
​
Saat ini, pelayanan Kristen sering disalahpahami. Banyak orang yang melayani, tetapi motif mereka tidak selalu murni. Beberapa orang melakukannya untuk mendapatkan perhatian, pengakuan, atau status sosial. Mereka ingin dilihat sebagai orang yang baik hati, murah hati, atau penting. Yang lainnya melayani karena kewajiban, merasa tertekan oleh ekspektasi masyarakat atau tradisi gereja dan bukan karena kasih yang tulus kepada Allah dan sesama.
​
Namun, ujian dari pelayanan yang sejati datang ketika tidak ada pujian atau pengakuan. Apakah kita masih melayani ketika tidak ada orang yang melihat? Apakah kita bersedia untuk merendahkan diri kita bahkan jika upaya kita tidak diperhatikan atau tidak dihargai? Beberapa orang berhenti melayani ketika mereka dikritik, diabaikan, atau tidak diberi pengakuan yang mereka pikir layak mereka terima. Tetapi teladan Yesus mengajarkan kepada kita bahwa pelayanan Kristen bukanlah tentang mencari tepuk tangan, melainkan tentang memuliakan Allah.
​
Dalam ayat 17, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya.” Berkat pelayanan tidak ditemukan dalam persetujuan manusia, tetapi dalam menaati dan meneladani Kristus. Ketika kita melayani dengan hati yang tulus, Allah melihat dan menghargai usaha kita, bahkan jika tidak ada orang lain yang melihatnya.
Melayani dengan Hati yang Benar
​
Pelayanan Kristen yang sejati bukanlah tentang kenyamanan; melainkan tentang komitmen. Hal ini membutuhkan kerendahan hati, kesabaran, dan ketekunan. Hal ini sering kali berarti melangkah keluar dari zona nyaman kita, mendahulukan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan kita sendiri, dan berkorban. Yesus tidak melayani hanya ketika itu mudah atau ketika orang-orang bersikap baik kepada-Nya. Dia melayani bahkan ketika Dia disalahpahami, ditolak, dan pada akhirnya dikhianati. Dia sampai menyerahkan nyawanya untuk kita.
​
Salah satu aspek penting dari pembasuhan kaki Yesus adalah Dia membasuh kaki kedua belas murid-Nya-termasuk Yudas, orang yang akan mengkhianati-Nya. Yesus mengetahui isi hati Yudas, namun Dia tetap memilih untuk melayani dia. Ini adalah pelajaran yang sangat penting bagi kita. Sangat mudah untuk melayani mereka yang menghargai kita, tetapi bisakah kita melayani mereka yang menyakiti kita? Dapatkah kita mengasihi dan melayani bahkan ketika kita tidak dikasihi sebagai balasannya?
​
Teladan Yesus memanggil kita untuk melayani dengan kerendahan hati, terlepas dari bagaimana orang lain menanggapinya. Paulus menggemakan hal ini dalam Filipi 2:3-8, dengan mengatakan, “Jangan melakukan apa pun berdasarkan ambisi pribadi atau atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Menerapkan Hal Ini dalam Kehidupan Kita
​
Untuk mengikuti teladan Yesus dalam melayani, kita harus memeriksa hati kita. Apakah kita melayani karena alasan yang benar? Apakah kita bersedia melayani dengan cara yang tidak diketahui dan tidak glamor? Apakah kita melayani hanya jika ada kesempatan, atau apakah kita bersedia berkorban?
​
Ada banyak cara untuk menerapkan pelayanan Kristen dalam kehidupan sehari-hari:
-
Melayani di gereja bukan hanya dalam peran-peran yang terlihat, tetapi juga dalam tugas-tugas di belakang layar yang tidak terlihat.
-
Menolong mereka yang membutuhkan tanpa mengharapkan imbalan.
-
Bersikap baik kepada mereka yang sulit untuk dikasihi, sama seperti Yesus.
-
Mempersembahkan waktu, tenaga, dan sumber daya kita untuk memberi manfaat bagi orang lain, bukan untuk mencari keuntungan pribadi.
Pelayanan Kristen bukanlah tentang status atau pengakuan; melainkan tentang kasih dalam tindakan. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya bukan untuk membuat mereka terkesan, tetapi untuk menunjukkan kepada mereka seperti apa kasih yang sejati itu. Jika kita sungguh-sungguh ingin mengikut Kristus, kita harus bersedia untuk merendahkan diri kita dan melayani, bukan untuk dipuji, tetapi karena kasih kepada Allah dan sesama.
​
Bolehkah kita bertanya pada diri kita sendiri: Apakah kita melayani untuk dilihat, atau kita melayani karena kita mengasihi Kristus? Apakah kita bersedia untuk merendahkan diri kita, bahkan ketika tidak ada yang memperhatikan? Marilah kita berkomitmen untuk melayani dengan kerendahan hati, tanpa mengharapkan imbalan apa pun, seperti yang Yesus lakukan. Karena dengan melakukan hal itu, kita mengikuti jejak-Nya dan sungguh-sungguh mengasihi orang lain sampai akhir.
16 Februari 2025

Marlina Simbolon

Yesus Adalah Terang Dunia
Yohanes 8:12
Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak, kata-Nya: Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.“
​
Perkataan ini Ia ucapkan setelah ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berzinah dan mereka ingin menghakimi perempuan tersebut dengan melemparkan batu.
​
Namun Yesus tidak menghukum perempuan itu, tetapi menyuruh perempuan itu pergi dan memintanya jangan berbuat dosa lagi. (Yohanes 8: 11)
​
Firman ini menegaskan bahwa Dia adalah sumber terang secara rohani bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Karena hanya melalui Yesus ada jalan, kebenaranan dan hidup. (Yohanes 14:6). Dia adalah pemimpin hidup bagi mereka yang percaya kepada-Nya dan mengikuti-Nya.
​
Bahkan Yesus berjanji, barangsiapa berjalan bersama Dia, maka dia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan mempunyai terang kehidupan. Walaupun ada saatnya secara mata manusia, kita merasakan bahwa permasalahan yang sedang kita hadapi sepertinya berkepanjangan dan tidak bisa terlihat masa berakhirnya. Dimana tanpa disadari bahwa sumber masalah terjadi oleh karena seringkali kita melakukan kehidupan yang bertentangan dengan firman-Nya. Bukan juga berarti, mereka yang sudah hidup sesuai dengan firman-Nya akan hidup tanpa pencobaan. Perbedaannya mereka akan menghadapi pencobaan dengan hati dan pikiran yang terarah kepada kehendak-Nya sehingga dia tidak jatuh kedalam pencobaan yang lebih dalam.
​
Kembali kepada perkataan Yesus diatas, Dia akan mengampuni kesalahan kita dan kita harus meninggalkan cara berpikir dan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Nya yaitu manusia lama. Dengan meninggalkan pribadi manusia lama, Yesus akan membentuk kita menjadi manusia baru sesuai dengan gambaran-Nya.
​
Tuhan mengijinkan pergumulan terjadi dalam setiap kehidupan anak-Nya. Dia mengijinkan kita untuk menanggung beban dan penderitaan yang tidak diluar kemampuan kita. Bersyukurlah untuk setiap pencobaan dan penderitaan yang telah dan sedang kita jalani. Karena melalui pergumulan Yesus sedang memperbaiki pribadi kita untuk menjadi semakin serupa dengan gambaran-Nya.
Pada saat kita melibatkan Yesus dalam setiap musim kehidupan , kehadiran-Nya akan lebih lagi kita rasakan. Apapun yang sedang terjadi, Damai-Nya dan sukacita-Nya menguasai hati dan pikiran kita. Dia akan selalu menyertai kita melewati setiap gurun pasir yang akan kita hadapi.
​
Bulan Februari masih termasuk awal dari tahun baru yang merupakan kesempatan bagi kita untuk merenungkan kembali, apakah kita mau berjalan dan mau dituntun oleh firman-Nya?.
​
Tidak ada kata terlambat bagi setiap orang yang mau dirubah pribadinya, Yesus sedang dan akan menunggu kita untuk berserah diri kepada-Nya dan Tangan-Nya selalu terbuka bagi kita.
​
Matius 7: 7. „Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu“. 8. „Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.»
​
Pada akhirnya keputusan ada ditangan kita untuk memilih jalan bersama Tuhan Yesus atau memilih jalan yang dunia tawarkan dan tidak membawa kita kearah keselamatan.
​
Matius 7:21 «Karena tidak setiap orang yang hanya mengaku Kristen dan berseru Tuhan akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di Sorga».
​
Tahun baru adalah kesempatan bagi kita untuk menanggalkan kehidupan yang lama dan memulai kehidupan yang baru dengan penuh harapan didalam Yesus Kristus. Percayalah akan kasih-Nya dan kuasa-Nya yang senantiasa menyertai kita. Mari kita mulai berjalan bersama Dia dan menyelaraskan cara hidup kita dalam berpikir, berkata dan berlaku sesuai dengan kehendak Dia.
​
Ibrani 10; 22: Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
​
Berusahalah untuk bersekutu dengan Tuhan dan menghadiri persekutuan saudara seiman yang dapat membangkitkan dan menguatkan rohani iman Kristen. Berserahlah kepada-Nya dengan rendah hati dan membangun hubungan yang lebih dekat dengan Yesus melalui membaca firman, berdoa dan saat teduh bersama-Nya setiap hari.
​
Mulailah dengan Lifestyle kita yang baru ditahun 2025. Percayalah bahwa kehadiran-Nya akan semakin terasa lebih dekat. Bagaimana seseorang dapat mengasihi Tuhan-Nya tanpa mengenal siapa Dia?
​
Last but not least, Mikha 6: 8. „Hai Manusia , telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati dihadapan Allahmu?“.
​
Kiranya kita semua dianugerahkan hati yang takut akan Tuhan dan mengasihi-Nya dengan segenap hati.
2 Februari 2025
_JPG.jpg)
Christiana Streiff

Imanku Menguatkan Kesaksianku Kepada Yesus
1 Korintus 13:4-13
Iman, pengharapan, dan kasih, di antara ketiga ini yang paling besar adalah kasih. Kasih paling besar, lebih besar dari iman dan pengharapan, karena kasih adalah Allah, dan Allah kekal adanya.
Pada saat pacaran atau setelah menikah , orang selalu berkata, “Aku mencintaimu selamanya.” Banyak anak-anak remaja juga mengucapkan kalimat ini, “Aku mencintaimu dengan cinta yang kekal.”
Apakah itu berarti mereka sudah mengerti artı kekekalan? Bahkan mereka sanggup menjamin cinta mereka akan kekal? Mengapa mereka berani berkata demikian?
Hal ini mungkin karena konsep tersebut sudah ada ketika Tuhan memberikan kehidupan kepada manusia, hidup yang dikasihi dan mengasihi. Diberkati untuk memberkati.
Hidup yang hanya menerima cinta tetapi tidak sanggup memberikan cinta, tidak akan pernah puas. Kepuasan cinta terjadi karena memberi dan menerima. Jika hanya menerima tetapi tidak memberi, juga tidak akan puas. Ketika mengasihi, kita berbagi, merasakan, dan mengalami perasaan cinta yang Tuhan berikan kepada manusia.
Di dalam 1 Korintus 13, cinta dikatakan dengan pengertian , apa yang bukan cinta, setelah itu diberi tahu apa itu cinta.
Tanpa iman, tidak ada orang yang kembali kepada Tuhan dan diterima oleh Tuhan.
Tanpa pengharapan, tidak ada orang yang mempunyai pengertian tentang janji Tuhan, khususnya dalam hidup yang kekal. Tanpa kasih, tidak ada orang yang mengerti bagaimana membagi hidupnya menjadi berkat bagi orang lain.
Iman, pengharapan, dan kasih menjadi tiga unsur yang mengisi kerohanian kita. Tanpa iman, pengharapan, dan kasih,pelayanan kita akan terasa kosong.., apalagi jika tidak berhubungan dengan firman, serta segala sesuatu yang diberikan Tuhan untuk kita.
​
Kembali kepada iman, adalah kembali kepada Tuhan; kemudian disambung dengan pengharapan, untuk bisa mengerti janji kekal yang Allah berikan; dan kemudian diperlengkapi dengan kasih, sehingga kita dapat menikmati persekutuan yang mengisi seluruh hidup kita dalam arti yang sesungguhnya. Hanya melalui iman, pengharapan, dan kasih, maka hidup kekristenan kita akan memiliki makna yang penuh dan jiwa yang konsisten berhubungan dengan Tuhan.
Jika tidak ada iman, kita tidak mungkin menjadi Kristen. Beriman berarti menerima dan kembali kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan adalah Juruselamat.
Kasih mengalahkan segala hal bahkan yang tak mungkin.
​
Melalui pengharapan, manusia mempunyai dunia yang akan datang. Dunia ini akan lenyap, dunia dan segala nafsunya akan berlalu. Hanya mereka yang melakukan kehendak Tuhan yang akan kekal selamanya. Yang sementara akan bersifat sementara dan terbatas. Yang kekal akan bersifat kekal dan tidak terbatas. Yang terbatas berbeda dari yang tak terbatas dan abadi. Di dalam 1 Korintus 13:8 dikatakan, “Nubuat akan lenyap, karunia lidah akan berhenti, dan pengetahuan akan lenyap, tetapi kasih akan kekal selamanya.”
Dalam tiga kebajikan ini, kasih meyakinkan kita bahwa iman dan harapan menemukan sumber mereka di dalam Tuhan, yang adalah kasih dalam hakikat-Nya. Kita bahkan dapat menyatakan bahwa iman, harapan, dan kasih bersama-sama membentuk ciri-ciri dasar orang percaya. Dengan kata lain, mereka yang dipersatukan melalui Kristus menjadikan iman akan karya Kristus sebagai pusat pengalaman religius mereka, dengan harapan akan keselamatan yang teramat agung itu, dan kasih yang mematahkan perbudakan mereka terhadap keegoisan serta mendorong mereka untuk melayani Tuhan dan orang lain.
Kesaksian dalam kehidupan, dimulai dari kebaikan Tuhan yang telah menyembuhkan putri saya, menyembuhkan luka dalam pergumulan dengan hubungan dalam keluarga serta memperkuat komunikasi antara suami dan kura putri saya dan masih banyak lagi , yang telah memproses diri saya sampai dengan hari ini, seperti salah satu bait dalam sebuah lagu,
Bagaikan bejana yang siap dibentuk, Yesus mau kita anak- anakNya berusaha dan menjadi segambar dengan DiriNya. Terutama KasihNya.
Kejadian 1:26
Pada hari terakhir dari penciptaan, Allah berkata, “Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita” (Kejadian 1:26).
Matius 22, 36-39
​
36) "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
(37) Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
(38) Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
(39) Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
19 Januari 2025

Alfonco Sinaga

Jangan Kamu Menghakimi Supaya Kamu Tidak Dihakimi
​
Hukum tabur tuai kerap kita dengar dalam kehidupan rohani sehari-hari. Dalam percakapan-percakapan atau tukar pikiran sesama teman, saudara atau dalam lingkungan keluarga.
​
Dalam agama Hindu disebut hukum karma. Karma berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna «aksi» atau «perbuatan» yang dalam agama Hindu dan agama Buddha dipahami sebagai siklus sebab akibat, bahwa dalam filsafat, karma ini diartikan bahwa semua hal yang dialami manusia adalah hasil dari tindakan kehidupan masa lalu dan sekarang. Serupa dan senada juga istilah ini dikenal dalam kehidupan orang Kristen sebagai hukum tabur tuai. Siapa yang menabur benih akan menuai hasil, dalam arti perbuatan yang kita lakukan dalam prosesnya akan kembali kepada kita.
​
Kalau kita kembangkan lebih jauh adalah perihal menghakimi. Saya banyak menemukan sesama orang Kristen membiarkan hidupnya dalam berinteraksi dengan yang lainnya menjadi hakim satu dengan lainnya. Hakim itu sesungguhnya pekerjaan dan tugas yang sangat mulia. Itu sebabnya seorang hakim pengadilan dipakekan pakaian khusus yang disebut toga, adalah untuk mengingatkan bahwa seorang hakim tidak sama dengan khalayak ramai dalam menilai atau memutus sebuah kasus. Hakim itu haruslah memutus sebuah perkara dengan seobjektif mungkin, berdasarkan hukum-hukum yang berlaku, dan tidak boleh menafsir terlalu jauh, itu sebabnya pengadilan dapat berlangsung sangat lama, berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Hakim sangat dibutuhkan untuk mencari dan menegakkan keadilan, keadilan yang seimbang, keadilan yang tidak berat sebelah, keadilan yang dapat diterima seorang penjahat sekalipun. Seorang hakim harus sekolah bertahun-tahun agar dia punya kecakapan dalam memutus dan mengadili perkara. Bahkan saking mulianya, profesi hakim ini dianggap sebagai wakil Tuhan di dunia ini.
​
Namun apa yang terjadi bila sesama orang Kristen saling menghakimi. Mereka menggiring keyakinannya, mereka memaksakan keyakinannya, padahal keyakinan tersebut adalah tafsir yang tidak hitam putih. Keyakinan tersebut hanya bersumber dari sebuah doktrin gereja, lalu muncul definisi baru yang tidak tertulis tapi terpelihara sangat kuat dalam satu komunitas gereja, dan lalu keyakinan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk menghakimi sesamanya. Sebutlah satu denominasi yang tidak lagi memakan darah hewan sebagai bumbu masak sebuah masakan, apa jadinya bila mereka menganggap denominasi gereja lain yang masih memakan darah hewan sebagai penyedap masakan adalah salah dan bakal masuk neraka? Apa yang bakal terjadi, maka terjadilah perselisihan antar sesama manusia yang sama-sama mengaku anak Tuhan.
​
​​
​
Ada lagi faham yang mengatakan bahwa kolekte dalam satu ibadah tidak boleh dipakai untuk kebutuhan pelayanan, tapi harus disalurkan ke luar untuk pekerjaan-pekerjaan sosial di negara-negara miskin. Dan apabila ada sebuah pelayanan yang memakai kolekte untuk keperluan operasional, maka pelayanan ini dicap sesat dan rakus serta tamak terhadap uang. Pemahaman-pemahanan seperti ini sangat tidak mendasar, dan dijadikan pula sebagai panduan untuk menyerang dan menghakimi sebuah pelayanan. Seperti disebutkan di atas, kalau mau jadi hakim haruslah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan sah serta diakui, bukan tafsir, bukan karena kebiasaan, bukan pula berdasarkan keyakinan apalagi hanya berdasarkan sebuah kebiasaan.
​
Itulah sekelumit contoh-contoh kecil dalam kehidupan pelayanan yang mungkin kita hadapi sehari-hari. Akibat terlalu banyaknya ajaran, terlalu banyaknya tokoh-tokoh sentral sebuah organisasi gereja, maka gereja saling menyerang. Bahkan ada tokoh gereja evangelis yang sanggup menyerang peristiwa bahasa roh yang terjadi pada aliran gereja kharismatik, ini kenapa bisa terjadi? Adalah karena kita mulai melangkahi posisi Tuhan. Bukankah Hakim yang sesungguhnya adalah Tuhan? Apapun yang dilakukan manusia, hanya Tuhan yang berhak menghakimi. Kita sesama manusia boleh menilai, boleh tidak setuju dengan ajaran atau praktek gereja lain, tapi jangan sampai menghakimi. Hakim itu adalah posisi yang sungguh terlalu berat untuk manusia, bahkan tidak pantas seorang manusia mendapatkan gelar hakim tersebut. Oleh sebab itu, mari kita hormati Tuhan sebagai Hakim yang sesungguhnya, dan jangan pernah ingin mengambil atau memerankan posisi tersebut apalagi mengatasnamakan Tuhan meskipun ketokohan kita dianggap atau dipandang lebih hebat atau lebih terhormat dari orang lain. Sehebat-hebatnya hubungan seseorang dengan Tuhan tapi itu tidak berarti dia dikasih wewenang untuk menghakimi sesamanya terlebih sesama anak Tuhan. Sebab siapa yang menghakimi suatu saat akan dihakimi.
​
Matius 7 : 1-5
1 “Janganlah kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.”
2 “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.”
3 “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui.”
4 “Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.”
5 “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
​
Amin
05 Januari 2025

Vivianne Studler

Mulailah Untuk Mengakhiri Dan Akhirilah Untuk Dapat Memulai Yang Baru …
Terimakasih dan puji syukur kepada Tuhan untuk tahun 2024 yang baru saja berlalu, terimakasih untuk setiap rangkaian cerita kehidupan yang terangkai menjadi sebuah episode yang boleh tercipta di tahun 2024.
Dengan penuh sukacita, semangat, pengharapan dan ucapan syukur saya memasuki tahun 2025 ini dengan mengharapkan dan mengandalkan tuntunan Tuhan semata.
Bermula dari 5 tahun yang lalu, tepatnya 6 November 2019, saat Tuhan ijinkan saya menjalani operasi pengangkatan payudara sekaligus rekonstruksi pada payudara sebelah kanan yang tentu saja tidak pernah terlintas dalam benak saya.
Operasi yang memakan waktu selama 8 jam dapat terlaksana dengan baik, semua hanya karena kemurahan Tuhan semata.
Setelah operasi selesai dan memasuki masa rehabilitasi, dokter menyarankan untuk mengkonsumsi obat penyetop hormon selama 5 tahun, yang tebagi dalam 2 jenis obat, yaitu Tamoxifen (selama 3 tahun pertama) dan Arimidex (selama 2 tahun terakhir).
Seperti yang telah dijelaskan oleh dokter, dengan mngkonsumsi obat ini tentu saja ada efek sampingan yang akan dirasakan seperti mual, nyeri persendian dan tulang, naiknya berat badan, osteoporose, bisa juga menimbulkan depresi dan sebagainya.
Tentu saja reaksi yang dialami setiap pasien tidaklah sama.
Setiap hari selama 5 tahun terakhir saya mengkonsumsi obat-obatan ini dan sebelum mengkonsumsinya saya selalu memberkati obat tersebut dan mengucap syukur.
Selalu saya perkatakan, bahwa obat yang masuk dalam tubuh saya itu adalah darah Kristus sendiri yang mengalir dan memberikan kesembuhan, kepulihan serta kekuatan bagi saya dan obat-obatan ini pun dapat bekerjasama dengan baik di dalam tubuh saya.
Mulai tanggal 1 Januari 2025 ini, tidak terasa masa 5 tahun itu telah berlalu dan dengan penuh sukacita dan harapan, saya mengucap syukur kepada Tuhan yang telah menolong dan memampukan saya selama 5 tahun terakhir mengkonsumsi semua obat tersebut dan dengan penuh ucapan syukur saya boleh berkata bahwa «saya baik-baik saja».
Hasil test/pemeriksaan tulang menunjukkan hasil yang positif, tidak ada yang perlu dikuatirkan dengan tulang saya begitu juga dengan organ lainnya.
Perasaan depresi pun tidak pernah muncul selama mengkonsumsi obat-obatan tersebut.
Tentu saja meningkatnya berat badan memang bukan hal yang menyenangkan bagi saya 😊, tapi saya melihat hal ini dari kacamata yang lain dan saya tetap mensyukurinya.
​
Setiap masalah, ada masa kadaluarsa
masalah itu biasa … Tuhan yang luar biasa!
Kita tidak perlu gelisah, karena kita percaya bahwa Tuhan itu setia.
Cuplikan sebuah lagu rohani yang nyata benar menunjukkan bahwa setiap ujian yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan kita pasti ada masanya dan tidak akan melebihi kekuatan kita.
Hal ini membuat saya semakin sadar bahwa segala sesuatu ada masanya dan saya tidak mau menjalani kehidupan saya yang singkat ini dengan sembarangan, tapi saya mau menjalani setiap proses yang ada dalam kehidupan di dalam kebenaran.
Yeremia 29: 11-12
Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.
Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu …
Mazmur 100: 4
Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya.
Sekalipun kita belum mengetahui apa yang ada di depan kita, tapi kita yakin dan percaya bahwa Tuhan adalah setia dan Firman-Nya adalah jaminan bagi kita, seperti yang tertulis dalam Ulangan 31, 6
“Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
Di kesempatan awal tahun in, saya ingin mengajak teman-teman, dan memotivasi kita semua untuk memasuki dan menjalani tahun 2025 ini bersama Tuhan, mengijinkan Tuhan berjalan di depan kita memasuki tahun ini dan mendampingi perjalanan kita selama tahun 2025 ini, melewati setiap musim kehidupan kita dengan ucapan syukur dan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat dari waktu sebelumnya.
Tidak perlu memikirkan siapa yang lebih baik dari kita
Tidak perlu mengikuti kompetisi apapun
Pertandingan kita adalah melawan diri kita sendiri setiap hari
Tantang batas kemampuan kita untuk mendapatkan yang terbaik dari diri kita
Kita tahu dari mana kita berasal dan kita tahu ke mana kita akan pergi
Karena itu kita harus terus berjuang
Tetapi tidak untuk menjadi lebih baik dari orang lain
Melainkan untuk menjadi lebih baik dari diri kita yang dulu
Dengan pertolongan Tuhan, kita akan mampu ….